Bonifacio Fatima Martins Belo, Konsul Timor Leste untuk Indonesia pada kesempatan itu mengatakan kegiatan Festival Frontera yang diadakan setiap tahun selain menampilkan pagelaran seni dan budaya, juga merupakan ajang rekonsiliasi di antara kedua negara.
“Indonesia yang diwakili kabupaten di Pulau Timor dan Negara Timor Leste berada dalam satu pulau dan memiliki budaya, bahasa yang hampir sama. Sehingga kita ingin ada rekonsiliasi dan lebih mempererat hubungan kedua negara,” ujarnya.
Festival Frontera juga lanjut Bonifacio sebagai sebuah bentuk penegasan kepada publik bahwa hubungan antara kedua negara hingga saat ini berlangsung dengan baik dan tetap menjunjung tinggi nilai perdamaian.
Adelaida da Rosa, Dirjen Imigrasi Timor Leste menyampaikan bahwa pihaknya siap memfasilitasi segala urusan yang berkaitan dengan lalu lintas manusia dan barang.
“Kami siap membantu dan memfasilitasi urusan lalu lintas manusia dan barang untuk mengikuti festival di Oekusi. Kami pastikan setiap kontingen yang akan melintas ke Indonesia dan Timor Leste dapat dibantu sesuai aturan yang berlaku,” tandasnya.
Sementara itu Manuel Ximenes Smith, Dirjen Cultura Kementerian Muda Seni dan Budaya Timor Leste sebagai pihak penyelenggara mengatakan, konsep festival frontera ini seperti tahun sebelumnya dengan tema besar budaya dan rekonsiliasi.
“Kedua negara berkolaborasi untuk terus meningkatkan hubungan yang kondusif sehingga persaudaraan, kekeluargaan dan perdamaian terus terjalin sampai kapanpun,” katanya.
Dalam rapat koordinasi itu, hadir juga perwakilan dari Pemda Belu, Pemda TTU, para Kepala PLBN Motaian, Motamasin dan Wini serta pihak Bea Cukai dan Kepala Kepolisian Timor Leste.
(kominfomalaka)